Tuesday 14 February 2017

Membuat Visa Turis ke China di Kuala Lumpur

Assalamualaikum. Wr. Wb. & Selamat Siang para traveller...


Bingung bagaimana caranya bikin/apply visa China di Malaysia. Saya coba membantu anda. Semoga thread ini bermanfaat buat anda sebagai referensi, terutama non-WNI yang tinggal di Kuala Lumpur (KL) dan punya rencana ke China dari KL. Daripada harus bolak-balik ke Indonesia ngurus visa. Sebenarnya sudah banyak thread sejenis, namun saya coba ulas berdasarkan pengalaman saya sebagai WNI pemegang spouse visa.

Kebetulan saya punya rencana ke China (Guangzhou) dan In Shaa Allah berangkat pada tanggal 20 Februari 2017. Jadi pada hari Selasa (07 Februari 2017) lalu saya memutuskan mengurus visanya, mumpung masih punya waktu 2 minggu sebelum keberangkatan. Takut-takut kalo saya urus di minggu depannya malah banyak halangan. Oh iya, kalo anda berpergian dengan grup/rombongan, maka cukup perwakilan 1 orang saja yang datang mengurus visa dengan membawa persyaratan yang sama dari masing masing individu yang pergi ke China.

Pertama, syarat yang perlu dipersiapkan dan dibawa adalah :

1. Application Form yang dikeluarkan oleh agen resmi yang ditunjuk oleh pemerintah China yaitu China Bridge Sdn Bhd. Form-nya ada 4 lembar. Kamu bisa datang langsung ke lokasi untuk minta form tersebut atau juga bisa download di link ini : https://www.visaforchina.org/KUL_EN/upload/Attach/mrbj/265048.pdf (saya lebih menyarankan anda download filenya daripada harus ambil disana dengan cara antri, dan supaya bisa nulis santai dirumah).
2. Passport Asli yang masih berlaku & Fotocopy-nya 1 lembar.
3. Fotocopy Visa yang masih berlaku di passport kamu. 1 lembar.
4. Fotocopy IC pasangan anda atau Surat Nikah, 1 lembar.
5. Fotocopy Flight Ticket, 1 lembar
6. Fotocopy Confirmation Booking Hotel, 1 lembar.
7. Photo size passport background putih, 2 lembar (1 lembar ditempel di formulir).
8. Minimal passport harus mempunyai 2 halaman kosong.
Kedua, Nah kalo semua syarat diatas sudah lengkap, silahkan langsung menuju ke China Visa Application Service Center di KL. Lebih bagus jika anda datang pagi-pagi supaya tidak antri terlalu panjang dan bisa dapat tempat parkir paling dekat dengan lokasi (buat yang bawa mobil). Kalo yang naik bus bisa turun di Bus Stop Jalan Tun Razak atau Jalan Ampang.
Alamatnya disini (saya copy paste dari website resminya) :
Address: Level 5 & 6, Hampshire Place Office, Jalan Mayang Sari, 50450 KL, Malaysia.
Business hours:
Monday-Friday. Closed on Saturdays, Sundays and Public Holidays.
Submission of applications: 9:00 to 15:00.

Payment and collection: 9:00 to 16:00.
Nah ini denah China Visa Application Center. Kamu bisa masuk dari Jalan Ampang atau Jalan Tun Razak.
Nah ini gedungnya, hampir mirip dengan gedung tinggi di sebelahnya.

Ketiga, jika sudah sampai lokasi dan masuk ke dalam gedung, langsung naik ke lantai 5. Menurut saya, dari berbagai pengalaman membuat visa keluar negeri di KL (Myanmar, India, Schengen, & UK) rasanya membuat Visa China ini adalah yang paling mudah & cepat tapi cukup mahal. Durasi normalnya 4 hari saja. Jika mau express bisa 3-2 hari saja, jelas cost-nya akan lebih mahal, walopun cuman beda 1-2 hari saja hehe. Tapi semua terserah pada urgensi/prioritas dari masing-masing individu.
Setelah keluar dari lift, kamu akan langsung nampak pintu masuknya.
Kalo belum dapat formulirnya, kamu bisa ambil di counter itu. Nampak antrian orang yang ingin mengambil formulir dan mengambil nomor antrian. Setelah dapat formulir, silahkan isi dengan lengkap dan kembali lagi ke counter untuk di-check dan mengambil nomor antrian.
Di counter ini, dan sebelum mendapatkan nomor antrian, formulir dan persyaratan yang kamu bawa akan di-review terlebih dahulu oleh petugas. Dan dia akan membantu menempelkan photo yang satu lagi. Lalu mengembalikan kembali semua dokumen anda.
Karena formulir dan persyaratan yang saya bawa lengkap, maka saya langsung mendapatkan nomor antrian dan 1 declaration form yang wajib ditandatangani.

Keempat. Jika sudah mendapatkan nomor antrian, silahkan duduk di kursi empuk yang nyaman sambil menikmati interior ruangan yang cantik. Karena saya datang pagi-pagi, jadi kursinya tidak banyak terisi. Ada berbagai macam warga negara yang datang kesini, termasuk warga negara malaysia sendiri. Mulai mengurus visa tourist, visa bisnis, visa pelajar & berbagai macam visa yang berhubungan dengan China.
 Bule, warga Malaysia yang tua dan muda juga datang kesini. Masing-masing mengurus visa sesuai keperluan mereka ke China.

Karena counter pelayanan yang dibuka cukup banyak dan karena saya juga datang pagi, maka tak lama saya harus menunggu, kurang lebih 5 menit saja. Alhamdulillah, akhirnya nomor saya dipanggil untuk dilayani di counter 8. Seperti biasa, semua file akan diperiksa lagi kevalidannya, dan ditanyai mengenai hal-hal yang wajar. Jika ada kolom formulir yang tidak terisi, maka petugas akan membantu mengisinya dengan menuliska "N/A". Alhamdulillah, semua lancar.
Tidak perlu khawatir jika kamu tidak mahir bahasa Inggris & Mandarin, saya selalu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan si Mbak, tapi malah si Mbak menjawab dengan bahasa Melayu walopun dia adalah Chinesse.

Kelima, setelah dinyatakan semua dokumen valid dan lengkap oleh si Mbak. Maka si Mbak akan memberikan tanda terima (pickup form) kepada anda, sebagai tanda bahwa semua dokumen anda sudah diterima oleh mereka. Dan dibelakang kertas ditulis bahwa passport yang sudah ditemple sticker Visa bisa diambil di lantai 6, mulai jam 09.00 pagi sampai 16.00 sore.

Kamu tidak perlu membawa duit banyak pada hari pertama datang kesini, karena pembayaran dilakukan saat pengambilan passport yang sudah diberi sticker Visa. Disebabkan saya memilih proses yang reguler/normal, maka akan dilakukan proses selama 4 hari kerja. Artinya saya harus mengambil passport pada Senin (13 Februari 2017), karena Kamis, 09 Februari lalu adalah hari raya Thaipusam.
 Ini tanda terima yang diberikan oleh petugas. Jangan sampai hilang.
Petugas akan menuliskan kapan kamu harus mengambil passport & visa di belakang kertas tersebut. Saya dikenakan biaya RM188.30 sen karena menurut pemerintah China, Indonesia termasuk negara Third Country. 👳👳
Lebih jelasnya, bisa merujuk pada daftar tariff visa ini. Indonesia termasuk pada kategori "third country".

Keenam, saat hari pengambilan passport, langsung saja naik ke lantai 6. Alhamdulillah akhirnya passport dan visa tourist saya selesai juga. Sebelum tepat pukul 09.00 saya sudah sampai di lokasi. Ternyata saya sudah berada di nomor urut 11 untuk keperluan pengambilan passport. Mungkin semua orang yang mengambil passport mempunyai persepsi yang sama yaitu "datang awal, kembali awal", walaupun sebenarnya proses pembayaran dan pengambilan passportnya cukup cepat.
Hampir mirip counter pelayanan di lantai 5. Namun counter di level 6 ini relatif sepi.
 Nanti petugas yang jaga di counter itu akan memeriksa apakah tanggal kedatangan anda sesuai jadwal, jika sesuai akan diberikan nomor antrian.
 Counter 32-34 adalah counter pembayaran, counter 35-37 adalah counter pengambilan passport. Belum jam 9 ya jelas belum dibuka hehe..
Nah ini penampakan visa dan kwitansi pembayarannya.

Ok, begitu tadi pengalaman saya membuat visa china di Kuala Lumpur sebagai WNI yang berdomisili di Malaysia. Semuanya relatif lancar, mudah dan transparan. Bisa jadi ada yang punya pengalaman yang berbeda dari saya. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di thread selanjutnya. Terima kasih 👍
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Wednesday 8 February 2017

Parkir Motosikal / Sepeda Motor di KLIA 2

Assalamualaikum Wr. Wb. & Selamat Malam para traveller....

Bandara KLIA 2 terletak kurang lebih 50 KM dari KL. Ada banyak moda transportasi menuju kesana, mulai dari kereta api (KLIA Express), Bus, Taxi, bahkan juga sepeda motor. Mana yang paling enak? Semua tergantung pada prioritas masing-masing individu, misalnya pertimbangan kecepatan, keselamatan, kemurahan atau kenyamanan.

Namun kali ini saya akan berbagi cerita untuk para traveller yang memilih menggunakan sepeda motor menuju KLIA. Yah moda transportasi yang paling murah menuju KLIA 2 bagi mereka yang mempunyai mesin beroda dua di Malaysia. Lebih spesifiknya saya akan membahas dimana tempat parkirnya di KLIA2 dan berapa tariff per harinya.

Jadi tanggal 3 February 2017 lalu saya ada trip ke Yogyakarta dengan Udara Asia jam 06.30 AM. Tidak ingin merepotkan istri untuk bangun pagi-pagi mengantar ke KLIA 2 dan juga menghemat biaya bensin, tol serta parkir selama 3 hari saya berada di Indonesia, maka saya putuskan untuk mengendarai motor saja. Itung-itung nambah pengalaman hehe.

Saya berangkat dari rumah pukul 04.30 AM via Lebuhraya ELITE. Mengendarai sepeda motor produksi lokal Malaysia "Demak", saya memerlukan waktu 50 menit untuk sampai ke KLIA 2 dengan kecepatan rata-rata 70KM/jam. Tidak banyak kendaraan berlalu lalang di jalan tol dini hari itu, dan Alhamdulillah cuacanya cerah. Tips : PASTIKAN KEADAAN CUACA BERSAHABAT JIKA MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR KE KLIA2.

Nah, saat kamu sudah masuk ke exit KLIA2 di Lebuhraya KLIA extension, pastikan kamu berada di lajur yang paling kiri. Karena kamu harus masuk ke jalur ada singboard-nya bertuliskan "Bas/Teksi/Motosikal". Dan ikuti saja jalan tersebut hingga ujung, dan hingga kamu berada di belakang gedung parkir yang berada di sebelah kanan kamu. Lalu akan nampak ratusan sepeda motor berparkir disitu.

Dan selamat datang di KLIA2, silahkan tekan tombolnya dan ambil tiket parkirnya!!💃💃
Foto diambil dari Google Maps. Pastikan ambil jalur yang paling kiri.
Sesampai dilokasi, indikator bensin menjukkan bahwa bensin tersisa setengah tangki. Dari rumah, saya isi full tank Ron97 atau senilai RM8. Jadi masih ada sisa setengah tangki untuk perjalanan balik ke rumah 3 hari lagi. Tas carrier saya letakkan di depan supaya badan tidak capek.
Parkirlah di sekitar S3, karena berdekatan dengan lift, payment kiosk machine dan mudah dicari. Tapi kalo penuh ya berarti anda kurang beruntung hehe...

Walaupun waktu masih menunjukkan 05.30 AM, parkiran sepeda motor ini sudah penuh.

Ini tiketnya, kalo hilang denda RM50.
Selama 3 hari saya hanya bayar parkir RM3. Berarti RM1/hari.

Nah itu tadi sedikit informasi mengenai bagaimana parkir sepeda motor di KLIA 2. Total ringgit yang saya keluarkan untuk cost bensin dan bayar parkir adalah RM11. Murah bukan? Ya, syaratnya mesti punya sepeda motor. Semoga cerita diatas bisa menjadi pertimbangan anda semua jika ingin ke KLIA 2 menunggangi sepeda motor. Sampai jumpa di cerita selanjutnya. Terima kasih. 😉


Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Monday 6 February 2017

Ke Thailand via Kelantan dengan berjalan kaki

Assalamualaikum Wr. Wb. & Selamat Tahun Baru China buat kamu yang merayakan liburan kemarin hehe…

Sorry kalo cerita kali ini agak telat publish-nya, maklum sebagai supir baru dapat waktu senggang pas berada di pesawat menuju Yogyakarta, dilanjutkan di kantin Hospital University Kebangsaan Malaysia sambil nunggu nyonya yang lagi kontrol. Tapi yang penting saya tetap tidak pelit, baik hati dan tidak sombong untuk berbagi info mengenai perjalanan saya ke Narathiwat Thailand tanggal 30 Januari kemarin dengan berjalan kaki & ojek (taksi sepeda motor).

Jauh sebelum entry ini ditulis saya sudah punya rencana untuk masuk ke Thailand melalui jalur darat, entah menggunakan kereta api, bus, sepeda motor, mobil atau berjalan kaki. Pokoknya jalur darat. Dengan destinasi tidak jauh dari border seperti Hat Yai, Narathiwat, Songkla, Pattani & Krabi. Mengingat saya belum pernah eksplorasi daerah selatan Thailand yang kental dengan budaya Islam.

Eh kok malah tidak menyangka bisa masuk hari minggu tanggal 30 Jan kemarin. Padahal tidak ada persiapan sama sekali, karena awalnya cuman niat ngurus kerjaan di Kuala Terengganu (KT). Tapi karena Kota Bharu (KB) Kelantan hanya berjarak 1 jam 30 menit dari KT, ya akhirnya saya & nyonya sekalian mengunjungi klien kami di KB. Kalo sudah sampai KB ya nanggung juga kalo tidak mengunjungi Rantau Panjang yang dapat ditempuh dengan waktu 30 menit saja. Kamu bisa naik bis kesini dari KL, Seremban atau KB.

Rantau Panjang di ujung utara Kelantan adalah kota kecil yang berbatasan langsung dengan Thailand (Sungai Kolok) dan memiliki pasar tradisional yang terkenal menjual barang-barang murah dari Thailand termasuk jersey. Namun saat saya mengunjungi pasar ini untuk kedua kalinya kemarin, harga-harga jersey klub Thailand & Internasional sudah tidak murah lagi. Bahkan kalo kamu nambah budget dikit, kamu bisa mendapat jersey original jika beli di KL atau Jakarta atau Surabaya.

Ok itu tadi cerita singkat soal Rantau Panjang, kembali lagi ke cerita perjalan ke Sungai Kolok Narathiwat. Setelah menunaikan sholat Ashar di Masjid Beijing, bertemankan gerimis, saya berjalan kaki menuju Imigration Malaysia di Rantau Panjang. Jaraknya kurang dari 1 KM dari masjid. Tenang & tidak ragu, karena saya tidak sendirian, saya melihat banyak orang berjalan kaki juga masuk dari Thailand, ada juga yang naik ojek, ada yang naik sepeda motor & mobil pribadi.
Nah ini yang namanya Masjid Beijing, berarsitektur oriental. Rugi kalo ga sholat disini saat berada di Rantau Panjang. Gambar saya ambil dr Gugel.

Namun sore itu, pukul 17:56 PM counter imigrasi Malaysia nampak lengang, hanya saya seorang, tidak ada antrian. Counternya ada di sebelah kiri bangunan, nampak seperti loket pembelian tiket bus, bukan seperti counter imigrasi yang biasa kamu lihat di bandara KLIA, Soetta, Juanda & Hang Nadim. Pertanyaan-pertanyaan wajar akan dilontarkan oleh petugas. Setelah passport distempel, maka saya dipersilahkan melewati pintu dan menuju jembatan penyeberangan untuk melintasi Sungai Golok.
Penampakan gedung imigrasi Malaysia di Rantau Panjang sebelum hujan turun

Ya saya masih berjalan kaki sendirian, berjalan di lorong sebelah kiri jembatan setelah melewati pos penjagaan tentara Malaysia. Sementara disisi berlawanan nampak sekumpulan keluarga dari Thailand yang juga berjalan kaki, dengan pakaian menyerupai turis, mereka membawa barang belanjaan masuk ke Malaysia. Jembatan ini mungkin panjangnya tidak lebih dari 100 meter, karena saya hanya memerlukan waktu 3 menit untuk melintasinya.
 Nampak jembatan berada di depan mata setelah melewati imigration counter Rantau Panjang.

 Nah yang ini tepat berada di tengah-tengah jembatan.

 Sungainya tidak lebar dan juga membuat tenggorokan haus karena mirip teh tarik warna airnya hehe...

The power of emak-emak, naik motor keluar negeri cyynnn, sendirian lagi....elu mah apa!

Nah, Alhamdulillah jembatan sudah terlewati dengan lancar, bendera raksasa dan bangunan imigrasi Sungai Kolok Thailand juga sudah nampak jelas di depan mata. Kini tiba saatnya menghadapi tantangan sebenarnya yaitu komunikasi, baik dalam bahasa Kelantan, Bahasa Siam & Bahasa Thailand. Pengetahuan saya yg pas pasan dengan ketiga bahasa itu, justru dapat menyebabkan miss understanding. Tapi kalo ngomong pakai bahasa Inggris, sedikit dari mereka yang fluent in English.
Sebelah kiri adalah lorong untuk kendaraan ke Thailand, sedangkan sebelah kanan adalah lorong kendaraan yang masuk ke Malaysia.


Akhirnya saya masuk ke dalam bangunan, ternyata juga tak nampak terlalu ramai. Hanya 2 counter saya yang dibuka. Sedikit membingungkan tata ruangnya dan tidak terlalu rapi. Bahkan saya tidak menemukan arrival card yang biasa ditulis oleh turis, yang ternyata disimpan oleh petugas dan harus memintanya sendiri kepada mereka. Mungkin karena banyak yang sering keluar masuk, kalo diletakkan begitu saja, khawatir nanti bakal habis diambil oleh mereka yang biasa keluar masuk.
Ternyata, ada petugas yang kerjanya menuliskan arrival card. Saya melihat bapak gundul ini menerima duit RM3 sekali nulisin arrival card. Waktu itu ada antrian sekitar 3 orang yang minta tolong supaya dituliskan. Mungkin mereka tak tau menulis dalam huruf latin. Bagi saya, yang penting saya dapat kartunya dan saya minta menulis sendiri.

Namun hal tak disangka-sangka adalah, imigration staff Thailand di Sungai Kolok ini justru memilih menggunakan bahasa melayu berkomunikasi dengan saya walaupun saya sudah mencoba meng-intro mereka dengan bahasa Inggris. Seperti biasa, mereka menanyakan alamat tinggal di Thailand & berapa hari. Saya jawab selepas isya saya akan kembali kesini karena nyonya saya menunggu. Dan... jedddhessss... begitu bunyinya stempel.
 Mereka yang berdiri antri ini adalah yang membawa kendaran, karena counter di luar sudah panjang antriannya. Saya dilayani di counter 3.

Setelah passport distempel, saya keluar melalui pintu sisi kiri bangunan ini lalu lurus saja ke depan. Maka kamu akan nampak sekumpulan lelaki yang naik motor menggunakan rompi berwarna biru di depan bangunan ini, siapa lagi kalo bukan tukang ojek haha... Jangan keburu nafsu kalo sudah melewati gedung, observasi dulu, perhatikan apa saja yang ada disekitar supaya sedikit memahami kebiasaan warga di Sungai Kolok.
Bangunan imigrasi Sungai Kolok. Jangan membawa tulisan yang paling atas, artinya sama kok dengan yang bawah haha..
Nah itu dia sekumpulan tukang ojek Sungai Kolok yang lagi mangkal di depan kantor imigrasi menjemput "pasangannya".

Nah tujuan berikutnya adalah ke Masjid terdekat. Saya tidak tau namanya, dan saya tidak tau lokasinya. Saya hanya tau dari google map kalo ada masjid disekitar Sungai Kolok. Karena saya ingin merasakan sensasi & budaya sholat berjamaah bersama muslim Narathiwat. Selebihnya dari pengalaman itu adalah bonus, tidak ada prioritas lain dalam travelling saya kali ini. Dan akhirnya saya memanggil tukang ojek, lah kok yang datang tukang ojek pake baju kotak-kotaknya Jokowi dan ga pakai rompi, kayaknya kode buat saya.... hahayy...
 Entah muslim atau bukan, saat saya bilang saya mau ke Masjid orang itu langsung sebut harga aja. RM5 katanya. Dia juga ga tanya masjid namanya apa, disebelah mana. Pada saya nggak masalah, yang penting Masjid, lebi jauh lebih baik. Saya coba tawar RM3 dia ga mau, ok deh saya deal. Daripada pusing gara2 duit selisih RM2 aja hehe.

 Nah beginilah keadaanya kotanya. Bersih namun pengendara motor kurang tertib seperti di mana-mana negara di ASEAN.

Akhirnya sampai juga di Masjid, kurang lebih jaraknya 3 KM dari immigration Sungai Kolok. Tukang ojek ini menurunkan saya di pintu belakang, karena saya tidak melihat gapura atau gate bertuliskan nama masjid yang saya datangi ini. Hingga akhirnya saya masuk dan mencari dimana pintu depannya yang ternyata jalannya sedikit masuk ke dalam-dalam perkampungan.
Narsis dulu di pintu Masjid Ahmadiah Sungai Kolok Narathiwat dengan background 2 orang santrinya hehe.

Dan ini bagian dalam masjid yang terdapat sekolah madrasah, dan sore itu sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar santri.

Tidak jauh berbeda dengan penduduk lokal, santri disini juga paham bahasa melayu. Namun saat sedang berobservasi di dalam masjid ini, saya menerima panggilan dari nyonya untuk segera balik kandang karena dia merasakan pada sakit di perutnya dan saya tidak sampai hati untuk mengatakan "nanti dulu, tunggu saya sholat mahgrib disini dulu". Yah saya putuskan untuk balik kanan dan kembali lebih awal dari rencana.

Ternyata saya lupa browsing info bagaimana mencari tukang ojek di Sungai Kolok selain dari mereka tukang ojek imigration yang menggunakan rompi biru haha... Karena saya coba mencari tukang ojek di simpang-simpang jalan juga tidak nampak tanda-tanda itu. Yang kebanyakan nampak adalah warung-warung makan yang ramai dikunjungi orang-orang lokal. Persis kayaknya ramainya kota kota kecil di Indonesia.
Kalo yang banyak motor kayak gini jelas bukan tukang ojek mangkal haha...Kayaknya mereka lagi beli gorengan.

Saya mencoba menunggu, tapi juga tidak lewat-lewat. Dan akhirnya saya putuskan mencari sambil berjalan menuju immigration. Setelah berjalan kurang lebih 500 meter akhirnya ada tukang ojek yang menggunakan rompi orange menghampiri, yang warna itu berarti tukang ojek berasal dari Rantau Panjang. Saya coba tawar RM3, tapi dia minta RM4. Ok deal, daripada jalan kaki ke immigration.
 Nah ini saya foto tukang ojeknya dari belakang. Ga tau artinya apa tulisan ini, tapi ada nomor punggungnya kok.

 Sampai juga di immigration building Sungai Kolok, kendaraan tidak terlalu ramai.

 Nah selain bisa antri stempel didalam gedung Sungai Kolok, kamu bisa juga antri disini (lorong kendaraan) bareng orang-orang yang juga masuk ke Malaysia. Setelah di stempel, langsung aja jalan ikuti arah kerumunan orang-orang yang ada di depanmu. Silahkan numpang kendaraan mereka kalo ga malu haha...

 Tidak ada yang berbeda dengan suasana diatas jembatan Sungai Kolok. Saya skip aja langsung ke suasana immigration counter di Rantau Panjang yang lebih rapi dan tersusun.

Nampak tukang ojeknya yang rompi orange juga bisa nyari penumpang ke luar negeri haha...Kamu kapan??

Dan Alhamdulillah,  akhirnya sampai juga saya kembali ke Malaysia, dan berjalan kaki ke Masjid Beijing karena nyonya menunggu saya disana. Dan saat itu pula bertepatan pula dengan berkumandangnya adzan magrib untuk negeri Kelantan yaitu sekitar 07.22 PM. Semoga berkenan dengan cerita ini, dan semoga bisa menjadi referensi anda ketika merancang perjalanan darat melalui Sungai Kolok. Sampai jumpa di cerita cerita perjalanan saya yang lain.
Wassalamualaikum Wr. Wb...